Recent twitter entries...

Perahu Kertas-nya Dee


Membaca Perahu Kertas seperti mengalami perjalanan di dalamnya. Ceritanya sangat mengalir. Terbagi di setiap bab- nya. Novel ini tidak hanya menyajikan kisah percintaan, akan tetapi sarat dengan pengalaman hidup yang bisa kita petik manfaatnya dalam kehidupan ini. Novel ini tentang cinta, impian, pertemanan, dan pilihan hidup.Semuanya di kemas dalam alur cerita yang menguras emosi pembacanya. Nangis, ketawa sendiri, senyum sendiri, saya alami saat membaca novel ini. Novel ini mempunyai jiwa yang kuat. Well, that's so inspires me!

Namanya Kugy. Mungil, penghayal, dan berantakan.
Dari benaknya, mengalir untaian dongeng indah.
Keenan belum pernah bertemu manusia seaneh itu.

Namanya Keenan. Cerdas, artistik, dan penuh kejutan.
Dari tangannya, mewujud lukisan-lukisan magis.
Kugy belum pernah bertemu manusia seajaib itu.

Berawal dari kisah Keenan yang pernah hidup di Amsterdam selama enam tahun bersama neneknya, namun harus kembali ke Indonesia seiring perjanjian dengan ayahnya, yang akhirnya mengharuskan ia kuliah di Fakultas Ekonomi, Bandung. Sebenarnya ia ingin sekali menjadi pelukis.

Kisah Kugy, sejak kecil ia ingin sekali menjadi juru dongeng hingga mempunyai satu kebiasaan unik menulis surat untuk Neptunus dan melaporkan apa saja yang terjadi dalam hidupnya, ia suka menulis. Kelak jika ia besar ingin mewujudkan impiannya, untuk itu dia akhirnya melanjutkan studi di Fakultas Sastra, Bandung.

Kugy dan Keenan dipertemukan oleh pasangan Noni dan Eko. Noni sahabat kecil Kugy, sedangkan Eko sepupu Keenan. Ada misteri dari pertemuan tersebut yang akhirnya membuahkan benih cinta di antara Kugy dan Keenan. Namun saat itu Kugy sedang menjalin cinta dengan Joshua alias Ojos. Sedang Keenan dijodohin dengan Wanda, sepupu Noni yang seorang kurator muda.

Konflik pun timbul, mulai dari pertemanan Kugy dengan Noni yang berantakan, dilalui dengan aksi diam yang merupakan dampak perjodohan Keenan dengan Wanda. Kugy pun putus dari Ojos. Selama konflik, emosi yang di bangun naik turun. Menangis. Keceriaan. Kugy menikmati kesendiriannya bersama Sakola Alit yang di bangun bersama teman-temannya. Ternyata dia tidak dapat begitu saja lepas dari Keenan, karena di Sakola Alit pun dia bertemu lagi dengan Keenan.

Keenan yang berseberangan pendapat dengan ayahnya, akhirnya membuat pilihan hidupnya sendiri. Menjadi pelukis. Terjerembab pada kehidupannya, mengantarkan Keenan ke Bali menemui Pak Wayan, teman ibunya. Di Bali dia menemukan pengganti kekosongan hidupnya, dia menjalin cinta dengan Luhde, gadis Lombok yang tinggal di rumah Pak Wayan.

Kugy tidak punya alasan lain berlama-lama di kampus, di benaknya hanya ada satu keinginan. Secepatnya menyelesaikan studi. Dengan usaha yang keras akhirnya Kugy lulus kuliah, meninggalkan Noni dan Eko. Ia pun kembali ke Jakarta, bekerja sebagai copy writer dan berpacaran dengan Remi, bos tempat ia bekerja.

Keenan harus kembali ke Jakarta, ayahnya sakit stroke. Dia harus menggantikan posisi ayahnya menjalankan usaha trading. Perjalanan hidup memang tidak semulus yang kita inginkan, semua hanya perputaran. Seperti yang disampaikan Dee, “kita selalu menuju satu titik dengan diri kita sendiri, hanya saja terkadang kita mesti melalui berbagai jalan, termasuk menjadi bukan diri kita sendiri.”

Pada suatu ketika Kugy dan Keenan dipertemukan kembali, saat Noni dan Eko bertunangan. Benih cinta yang dulu belum sempat di semai kini tumbuh lagi. Tidak bisa dibohongi. Walaupun keduanya sudah memiliki kekasih. Kugy dan Keenan pun mengakui kejujuran hatinya masing-masing bahwa mereka memang saling mencintai. Luhde dan Remi akhirnya menyadari, pasangannya memiliki tambatan hati sendiri.

Perpisahan tak dapat terelakkan, baik Kugy maupun Keenan mengalami.

“Saya belajar dari kisah hidup seseorang. Hati tidak pernah memilih. Hati dipilih. Jadi, kalau Keenan bilang, Keenan telah memilih saya, selamanya Keenan tidak akan pernah tulus mencintai saya. Karena hati tidak perlu memilih. Ia selalu tahu ke mana harus berlabuh,” Luhde menggengam tangan Keenan sejenak, “yang Keenan cari bukan di sini.”

Perahu kertas bergoyang sendirian. Perlahan ditinggalkan perahu kayu yang bertolak kembali ke bibir pantai, mengantarkan Kugy yang segera berlari turun memecah air. Seseorang sudah berdiri menunggunya dengan tangan terentang, siap merengkuh lalu mengangkat tubuh mungilnya ke udara. Keenan.

Akhirnya setiap hati hanya bisa kembali pasrah dalam aliran cinta yang mengalir entah ke mana. Seperti perahu kertas yang dihanyutkan di parit, di empang, di kali, di sungai, tapi selalu bermuara di tempat yang sama. Meski kadang pahit, sakit, dan meragu, tapi hati sesungguhnya selalu tahu.


Comments (0)

Post a Comment