Recent twitter entries...

Menyusuri Petak Sembilan di Tahun Baru Imlek 2561

14 Februari 2010.

Tanggal ini merupakan tanggal merah dalam hitungan kalender nasional, selain karena jatuh di Hari Minggu juga merupakan Hari Tahun Baru umat China. Segenap umat China di Indonesia merayakan Tahun Baru Imlek yang kebetulan bertepatan dengan hari kasih sayang sedunia “Valentine’s Day.” Hari yang benar-benar merah.

Saya bersama teman pergi ke Petak Sembilan. Satu kawasan pecinan di daerah Glodok, Jakarta Barat. Rencananya sih cuma ikutan nemenin hunting photo. Kita menuju Pasar Glodok. Persis di sebelah Pasar Glodok belok kiri menuju Jalan Kemurnian. Sepanjang jalan itu banyak pedagang sayur mayur. Seger-seger deh sayurannya.. hijau-hijau. Ada juga beberapa penjual pernak pernik imlek. Tapi pasarnya tidak begitu ramai, mungkin karena pas Tahun Baru Imlek kali yaa..lagi pula saat itu becek, maklum semalam di guyur hujan deras..wah imlek yang berkah yaa.

Banyak warga China yang jalan beserta keluarganya menuju Vihara Dharma Bhakti. Ada 3 vihara yang saling bersebelahan. Saya masuk melalui pintu belakang. Pertama kali masuk, terlihat warga China yang sedang melakukan ritual ibadah tetapi banyak juga tamu yang masuk selain untuk melakukan ibadah, termasuk saya, hehe..

Saat dekat pembakaran sampah sisa sembahyang (kertas dan hio) saya tidak kuat dengan asap yang terasa menyesakkan dada dan membuat perih mata. Segera saya mencari tempat hijau tuk menghirup udara segar. Beruntung masih ada halaman hijau di sekitar vihara. Huff,..leganya..

Banyak wartawan dan photographer yang meliput jalannya ibadah di Tahun Baru Imlek. Bahkan saya melihat satu mobil stasiun televisi sedang meliput acara. Saya pun tak kalah beraksi...tarararam... jepret!

Jadilah photo ini … :

Photobucket

Dengan sok-nya, saya jeprat jepret objek yang menarik perhatian saya. Pertama saat melihat orang sedang sembahyang, membakar hio dan berdoa, seperti gambar berikut :

Photobucket

Nah, itu di vihara pertama. Terus saya menuju vihara kedua, eitt.. sebentar ada yang menarik di jalan menuju vihara kedua. Banyak lilin berwarna merah dinyalakan. Oh, ternyata itu sebagai sumber api buat menyalakan hio. Photo dulu ah,…

Photobucket

Hampir semua ornamen vihara berwarna merah. Kemudian saya masuk ke vihara kedua. Di depannya ada hiasan yang menarik. Lilin setinggi manusia. Lebih tinggi dari saya. Well, tepatnya berapa ya? Saya saja tingginya 165 cm. Tinggi juga yaa,..dan besar pula. Saya pun segera mengabadikan lilin tersebut berupa photo. Saat masuk, ruangan penuh asap. Maklum orang yang bersembahyang pasti menyalakan hio. Saya pun diperbolehkan mengambil photo.

Photobucket

Photobucket

Setelah jeprat-jepret,..akhirnya pindah ke vihara ketiga.

Suasana vihara ke tiga tidak jauh beda dengan vihara kedua. Dan saya pun masih ingin mengabadikan berbagai ornamen di vihara tersebut. Saya tertarik dengan samsi (menurut penjaga vihara) yang diletakan di dekat tempat sembahyang. Kemudian saya tanya seorang penjaga vihara, dia memberikan penjelasan "Jika kita melempar keduanya, salah satu terbuka, maka boleh mengambil kertas ramalan." Namun saya urungkan niat ikutan melempar samsi. Heeee,.. iseng banget yaa?

Nah,ini tempat sembahyang mereka, ada beberapa tempat tapi saya hanya posting beberapa saja :

Photobucket


Photobucket

Tampak seorang laki-laki sedang menjalankan ritual sembahyang dalam vihara yang berhiaskan lampion dan berselimutkan asap hio.

Photobucket

Ada ornamen yang menarik perhatian saya, di vihara ketiga, yaitu ventilasi yang merupakan simbol. Tapi saya tidak tahu maknanya. Bagus saja menurut saya untuk di photo. Seperti ini :

Photobucket

Di depan halaman vihara kedua dan ketiga nampak ratusan pengemis jongkok bahkan ada yang duduk. Mereka antri mengharapkan angpao dari pengunjung vihara. Sudah menjadi tradisi setiap tahun, kaum pengemis ini mengharapkan angpao di setiap tahunnya. Tampak sesekali mereka berebut angpao jika ada yang membagikan angpao.

Photobucket

Hal yang menarik dari pengemis itu, mereka terdiri dari anak-anak hingga orang tua. Mungkin ada yang satu keluarga. Beberapa anak-anak itu meminta saya untuk di photo. Dan mereka pun beraksi saat saya photo. Rasanya senang memberikan perhatian pada mereka walaupun hanya dengan cara memotret mereka. Ekspresi mereka pun gembira. Jauh dari kesedihan yang biasa disuguhkan saat mengemis.

Photobucket

Terus kita kemana lagi?

Akhirnya saya menyusuri Jalan Kemenangan menuju Gereja Katolik St. Maria De Fatima. Hmm,… namanya koq ada Fatima-nya ya? Seperti nama anak Nabi Muhammad SAW. Waah, lagi-lagi saya mendapati pengemis. Mereka duduk di gerbang pintu masuk gereja. Saya pun masuk dan mengambil beberapa photo. Tidak ada penjelasan tentang gereja ini karena tidak ada orang yang memberikan penjelasan. Saat itu suasana sedang ada misa kebaktian. Bangunan gereja ini mirip dengan vihara.

Photobucket

Photobucket

Tahun baru kali ini merupakan Tahun Macan Emas (Tahun Lunar). Saya sempat photo spanduk di Jalan Kemenangan.

Photobucket

Selanjutnya kita mencari sarapan, menyusuri Jalan Kemenangan. Sepanjang Jalan Kemenangan yang sempit, lalu lintas tampak semrawut. Banyaknya mobil yang melintasi membuat sesekali saya melipir di pinggiran trotoar yang sempit. Banyak warung makanan yang jualan, tapiiii,… maaf, kita semua muslim, jadi sangat hati-hati mencari tempat makan yang halal. Kebanyakan menyediakan makanan yang mengandung babi. Sambil terus jalan, eh nemu vihara lagi. Mampir lagi dehhh… tapi kali ini saya ga' masuk. Biasa photo-photo lagi.

Photobucket

Wah,.. ternyata gerimis turun. Ayo,..berteduh dulu. Dan kami pun ngobrol-ngobrol. Eh, tiba-tiba ada yang melepas burung. Banyak lagi. Hmm,.. maknanya apa yaa?? Setelah tanya mbah Google maknanya menebar kebajikan dalam artian melepas burung agar tidak terkurung lagi burungnya. Burung juga pengen bebas, booookk...!! Bagi mereka, ritual ini merupakan simbol dari melakukan kebajikan bagi seluruh ciptaan yang hidup di bumi. Dengan demikian, mereka percaya, permohonannya akan didengar Tuhan.

Setelah di rasa cukup akhirnya kita mencari tempat makan, e eh… browsing dulu deh. Wah, jaman semakin canggih ya,.. Enak banget. Kita dapet petunjuk dari mbah Google. Di sekitar gang Gloria banyak tempat makan. Hyuuuukkk… mareee…

Sayangnya di gang Gloria kita tidak menemukan makanan yang kita cari. Gado-gado Direksi tutup. Sebagian toko tutup. Akhirnya di depan Toko Kawi sambil nongkrong kita beli cakwe,.. buat ganjal perut…sayang kurang nendang. Terus di lanjut ke Stasiun Kota. Suasana pagi di jalan menuju Stasiun Kota menyeka mata saya, photo dulu ah,..

Photobucket

Tampak pula pedagang pernak pernik imlek yang serba merah.

Photobucket

Wah,… kita jadinya makan di kantin Museum Bank Mandiri, tepatnya di belakang museum karena ga' banyak tempat makan yang buka. Ga' papa deh,..yang penting makan. Saya pun pesan nasi goreng. Yah,… standar banget yaa…???

Waktu pun menunjuk pukul 10.00 WIB. Gimana? Rasanya lumayan cape', karena kita jalan kaki mengitari Petak Sembilan hingga Stasiun Kota. Wah, wah,.. lumayan jalan pagi nih. Oke! Kita pulang aja deh….

Badan mengirimkan signal lelah. Setelah bebersih badan, let’s go to bed!
Ops,.. ga bisa tidur … browsing dulu deh, upload dulu deh…eh, ketiduran juga akhirnya…

Gimana liburan teman-teman di Hari Tahun Baru Imlek kali ini?
Sayang ga' bisa liat barongsai..imlek kemarin, kira-kira pas Cap Go Meh ada ga' yaaa..? or next year kali yaa,..

Okedeh,,, Gong Xi Fa Cai bagi teman-teman yang merayakan..



Comments (0)

Post a Comment